Saturday 31 March 2012

Om Ulie ku

Pamanku

Telah menjadi penderita kanker lebih dari satu tahun.
Ironis ketika di usianya yang masih tergolong muda, ia harus menjalani serangkaian pengobatan demi kembali memperoleh sesuatu yang mahal yaitu Kesehatan.

Kehidupannya  tak senormal orang kebanyakan,
disaat keluarga lain sedang menikmati indah dan hangatnya keluarga kecil.
Ia, istri dan putri kecil nya yang masih berumur 4 tahun, harus menjalani hari-hari tak biasa dan menguras air mata. Terhitung dalam 2 tahun belakangan, ia habiskan lima kali opname di Rumah Sakit.

Sedih, tentu saja itu yang beliau dan keluarga kecil nya rasakan.
Berikut pula seluruh keluarga besarnya.

Ia yang lahir sebagai anak ke-5 dari enam bersaudara ini, harus menerima kenyataan pahit mengidap kanker ganas

dan sedihnya lagi penyakitnya itu sudah menyebar ke organ-organ tubuh lainnya yaitu Paru-Paru.

Terpekur ku setelah sujud meminta perlindungan dari ALLAH Yang Maha Pengasih.
Ku selalu berdoa semoga yang terbaik selalu untuk nya, Pamanku

Kini ia telah pergi dipanggil oleh Sang Maha Pencipta.
Tangis kami yang menyayangi nya  mengiringi kepergiannya
di hari terbaik : Jumat, 23 Maret 2012.

Terkejut dan hanya bisa menangis saat memperoleh kabar duka ini.
Masih teringat jelas diingatanku, tentang canda tawa saat hari Senin aku menemaninya.

Aku yang selama ini biasanya mengantarkan beliau ke Rumah Sakit, terduduk lemas dan menangis terus menangis, tak rela karena harus kehilangan paman yang paling ku sayang. 

Pelukan dari papa membuat ku kuat, aku janji tuk hadapi kenyataan pahit ini dengan cara yang pantas. Satu pesan papa : jangan menangis berlebihan, karena om akan sedih saat melihat kita sedih.

Beliau adalah paman yang paling dekat untukku.
Meskipun sering kami mengalami fase tak enak saat berinteraksi, 
tapi bagiku dia lah salah satu orang yang membuatku nyaman menjalani hari-hari aneh di Jakarta.

Om Ulie, adalah sosok yang hangat.
Karena itu semua keponakan mudah dekat dekat dengan nya, termasuk aku yang merupakan keponakan pertama bagi nya.

Rasanya masih ingin diri ini menemani nya ke Rumah Sakit.
Masih percaya, bahwa Om pasti bisa sembuh,
Meskipun aku tahu, harapan itu tipis.


Bukan santun ku, menggugat takdir kepergianmu Om
Kali ini hanya ingin berucap,

Kepergianmu adalah pelajaran tanpa kamus
Perenungan panjang untuk dipahami
Bahwa hidup adalah pembuktian
Tuk wujudkan syukur dan sabar, ketika harus menjalani skenario-Nya



Kepergian mu adalah yang terbaik dari NYA.

Thanks for being a best uncle for me Om.

Selamat Jalan Om.

Duka kami adalah gambaran betapa kami semua sangat menyayangi mu dari hati kami yang tulus.

No comments:

Post a Comment